Sabtu, 09 November 2013

Penebusan Dosa



Apa yang sesungguhnya terjadi setelah seseorang meninggal?



"Pernahkah Anda sesekali heran bahwa binatang hanya sampai menutupi bangkai sesamanya, namun hanya manusia satu-satunya mahluk yang memperingati kematian sesamanya. Rupa-rupanya Allah ingin agar kita tidak melupakan masalah kematian. ingatan akan kematianlah yang akan membuat manusia berjalan lebih seimbang dalam dunia kehidupannya, karena dititik kematian itulah manusia terpaksa mengakui adanya Realitas Tertinggi yang menetapkan kodrat yang tak bisa ditaklukkannya."


Dalam suatu ilustrasi (lihat Lukas 16:19-31), Yesus sendiri menerangkan bahwa apabila seseorang meninggal dunia, maka ia (rohnya) dipindahkan untuk mulai menjalani suatu kehidupan di alam kekekalan yang sudah ditetapkan oleh Allah bagi dirinya. Ia hidup terus, dan tidak bisa berhubungan langsung lagi dengan bumi kita ini. Ia tidak bisa bergentayangan di bumi atau menunggu di sudut-sudut rumah, atau siap-siap untuk di re-inkarnasi ke tempat lain di dunia ini.

Kitab Ayub 7:9,10 menerangkan hal yang sama:

"Sebagaimana awan lenyap dan melayang hilang, demikian juga orang yang turun ke dalam dunia orang mati tidak akan muncul kembali. ia tidak lagi kembali kerumahnya ... ".

Arwah tidak bisa mendatangi, atau balas-memberkati atau balas-mengutuki kita menurut sesajen yang kita berikan atau tidak berikan. Dunianya tidak terjembatani oleh dunia kita, dan sebaliknya. Dan ia tidak membutuhkan persembahan barang apapun dari dunia kita. Sebab andaikata itu diperlukan oleh para arwah, maka mereka akan memerlukannya sepanjang kekekalannya yang bagaimanapun tidak mungkin dipenuhi oleh "anak-cucunya" dibumi yang tidak kekal itu.

Bila Anda memberi sesajen, apakah Anda mampu memberi sesajen itu kepada seluruh arwah leluhur Anda? Ya, bapak, ya kakek, ya engkong-engkong hingga moyang yang ke berapakah? Anda telah dibelenggukan oleh ketakutan yang diciptakan sendiri oleh penyesatan roh yang menakutkan Anda. Tetapi Yesus menerangkan total sebaliknya kepada kita, dalam Yohanes 8:32 bahwa didalam DIA, "kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu (dari penyesatan dunia dan belenggu ketakutan). "

Bagi yang percaya kepadaNya, maka roh orang percaya tersebut akan dibawa oleh para malaikat Tuhan langsung ke dalam Firdaus yang serba menyenangkan (dengan istilah "pangkuan/ pelukan Abraham").

Tetapi sebaliknya orang-orang yang tidak bertobat akan masuk ke alam maut dengan kesengsaraan dan siksaan yang tidak terperikan (Lukas 16:19-31 dan 23:43), menunggu hari penghakiman yang final dihari kiamat. Mereka bukan pembalas berkat / kutuk, mereka bukan penghakim, melainkan masing-masing justru sedang menunggu saatnya untuk dibalas atau dihakimi kelak dihari kiamat, sesuai dengan kehidupan dirinya sendiri selama didunia ini.

Alkitab berkata: "Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi." (Ibrani 9:27).


Dan siapa yang dapat menghakimi mereka?


Alkitab berkata lagi: "Dia-lah (Yesus) yang ditentukan Tuhan menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati." (Kisah 10:42).

Yesus memperingatkan bahwa yang bergentayangan, menunggu atau mengembara dan mengganggu manusia itu adalah roh-roh iblis. Dan mereka memang mengintai mangsanya dan bisa menyamar menjadi siapa saja dalam bentuk atau suara sebagai tipuan untuk menteror dan membunuh, alias meminta nyawa. (Matius 12:43-45; Yohanes 8:44; 10:10, dan 2 Korintus 11:14).

Dulu, dizaman Yesus, gejala kerasukan iblis banyak terlihat pada korban-korban yang dimanifestasikan secara fisikal dalam kepribadian jamak, asing, menakutkan, mencelakakan diri dan lingkungan. Ini dikenal dengan istilah demon possessed. Hingga kini orang-orang yang kerasukan tetap dimanifestasikan dengan cara yang sama, namun demon possessed ini mulai ber-mutasi kepada kerasukan roh emosi kebencian dan dendam yang dampaknya lebih destruktif dan mengerikan! Kerasukan 'jenis baru" ini mulai bernyala-nyala memangsa manusia "beradab" menjadi manusia biadab. Korban kerasukan kini menjadi teroris-teroris yang brutal dengan naluri yang telah berubah, dari kemanusiaan menjadi kebinatangan. Sendi-sendi peradaban dunia hendak diruntuhkan dengan segala dendam dan kebencian. Tak ada satupun peradaban yang akan dibangun oleh orang-orang yang kesetanan ini kecuali merusak, membunuh dan membinasakan. Ini persis menggenapi nubuat peringatan Yesus dalam Injil Yohanes 8: 44; 10:10 dan 16:2. Mereka menteror dan melakukan pembunuhan massal atas nama Tuhan, sambil mengklaim surga bagi "pembunuhan suci" ini.

Tetapi bagaimana mungkin sesuatu klaim dan operasi yang dianggap begitu besar dan suci itu kok harus dilakukan sembunyi-sembunyi dalam kegelapan, kucing-kucingan, dan bukan secara terang kenabian? Maka Tuan Yesus menuding lurus siapa dibalik mereka yang membajak nama Tuhan Allah: "iblislah yang menjadi bapamu... ia adalah pembunuh manusia sejak semula" (Yohanes 8:44). Benar, cirinya telah dibuat amat kasat mata bagi Anda dan saya: iblis hanya merusak dan meminta nyawa, sementara Tuhan YHWH membangun dan memberi nyawa (kehidupan)!

Namun dari pengalaman 2000-an tahun, para pengikut Tuan Yesus tidak sedikitpun takut dengan demon-possessed, karena mereka sungguh terlindung dari kuasa-kuasa si jahat. Dimana NAMA TUAN YESUS diserukan, disitu roh jahat tidak bisa berkutik bahkan terusir dalam ketakutan. ltu sebabnya Anda banyak mendengar kesaksian bahwa para mantan dukun, tukang santet, occultis dan sihir dll akhirnya bertobat dan mengakui kedaulatan Tuan Yesus. Kenapa? Karena dalam perang-ilmu-halus yang mereka lancarkan diam-diam terhadap pengikut Yesus, ternyata segala santet, sihir dan kekuatan gaib mereka berbalik menciderai diri-sendiri! Yesus tidak menyuruh pengikutnya untuk melempari setan-setan dengan batu, sebab iblis tidak akan takut pada benda ciptaan. la malah mampu membalas melebihi lemparan. Tetapi setiap pengikutnya justru menerima janji, bahwa Dia akan memberikan kuasa kepada mereka (yang percaya kepadaNya) untuk mengusir setan-setan demi namanya (Markus 16: 17). Dan janji ini dibuktikan dengan hasil pengusiran setan-setan seperti yang dilapor-kan balik oleh 70 murid-murid Yesus yang diutusnya. Mereka bangga berkata kepada Yesus:

"Tuan, juga setan-setan takluk kepada kami demi namamu." (Lukas 10:17).


Tahukah Anda bahwa fakta diseluruh dunia memperlihatkan bahwa para demon-possessed atau bentuk-bentuk mutasinya, hanya memangsa orang-orang diluar pengikut Yesus?! Para pengikut-Nya yang setia, walau bisa digoda dan ditipu oleh iblis, namun mereka tidak pernah tercatat dirasuki setan! Bukankah itu suatu hak istimewa dan eksklusif bagi anak-anak Allah?!


Apa hubungan Yesus dengan kematian dan kehidupan setiap manusia?


Yesus terkadang melukiskan diriNya secara perumpamaan, misalnya Ia menyebutkan diriNya sebagai Pokok Anggur Yang Benar, dan kitalah ranting-rantingNya. Agar kita bisa hidup sejati, la memperingatkan kepada kita agar selalu berhubungan dengan pokoknya, yaitu sumber kehidupan, yaitu Dia sendiri! Hanya dengan begitu kita bisa hidup dalam kesejatian dan berbuah banyak. Sebab kata Yesus, "Diluar Aku (Sang Pokok) kamu tidak dapat berbuat apa-apa", melainkan menjadi layu dan kering dan dicampakkan ke dalam api pembakaran (Yohanes 15:5,6).

Di lain kesempatan, la membahasakan diriNya secara filsafat yang menyentakkan telinga dan rnenggetarkan hati sernua orang. Ia berucap: "Akulah Kebangkitan dan Hidup; barang-siapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun la sudah mati. " (Yohanes 11 :25). Inilah AYAT-BOM yang amat dahsyat!

Kata-kata yang hebatnya melebihi bom itu hanya mungkin diucapkan oleh dua jenis sosok: atau ia seorang yang kerasukan setan sehingga tak waras ucapannya, atau la satu sosok Ilahi!

Sebab adakah seorang rnanusia waras yang akan berani berkata demikian "bombastis"? Tentu tidak bakalan ada! Jikalau ada yang berani berkata begitu, dalarn sekejab juga akan tertangkap-basah bahwa ia adalah seorang penipu. Karena sesungguhnya tidak ada satu manusiapun yang mampu membuktikan klaimnya yang begitu dahsyat melebihi kodrat kehidupan dan kematian!

Namun Tuan Yesus berani mengklaim "bom" itu tanpa bombastis! Ia bukan tak waras. Ia justru rnernbuktikan kedahsyatan bom-Nya dengan sederetan pernbangkitan orang-orang mati. la membangkit-kan jenazah seorang anak tunggal dari seorang janda dari kota Nain. Juga putri Yairus, seorang kepala rumah ibadat Yahudi (Lukas7: 11-17; 8:40-56). Bahkan "bom" yang sangat dramatis terjadi pada kasus kebangkitan Lazarus (ternan Yesus sendiri), yang walau sudah mati lewat empat hari, namun Yesus tetap berkuasa membangkitkannya!

Saudara perernpuan Lazarus yang bemama Marta memang percaya bahwa orang yang meninggal akan bangkit kelak di akhir zaman. Dan Tuan Yesus memang membenarkan hal tersebut. Namun Yesus menunjukkan pula kepada Marta bahwa perkara hidup dan kebangkitan adalah seluruhnya dalam kuasa tanganNya. la rnenyentakkan telinga orang-orang Yahudi dengan sebuah kalimat yang "mustahil" bagi pemahaman manusia: "Barang siapa percaya kepadaKu, ia akan hidup, walaupun sudah mati" (Yohanes 11:25). Selesai mengklaim kemustahilan ini, Yesus segera pergi ke kubur dimana Lazarus dimakamkan. la memerintahkan agar batu penutup kuburan disingkirkan, lalu berseru dengan lantang: "Lazarus, marilah keluar!" Dan Lazarus keluar!!! (baca Yohanes 11: 1-44).


Akhirnya, Yesus tidak mengecualikan diriNya sendiri sebagai "sampel" (contoh) untuk membuktikan bahwa Dialah Kebangkitan dan Hidup itu. Tepat seperti yang telah dinubuatkan, la dibunuh oleh manusia-manusia jahat dengan menyalibkanNya, Ia MATI (secara jasmani). Ia dikuburkan, namun Ia BANGKIT hidup kembali pada hari ke-tiga dengan "tubuh-surgawi" yang berlainan sama sekali dengan tubuh duniawi kita.

la yang adalah Kebangkitan dan Hidup, Ia pulalah yang akan membangkitkan semua orang mati kelak. Roh orang-orang yang percaya kepada Tuan Yesus itu (yang ditempatkan di Firdaus, "di pangkuan Abraham") kelak akan dibangkitkan-Nya untuk menerima "tubuh surgawi" yang dimuliakan, dan masuk ke sorga. Tetapi roh orang-orang yang tidak percaya (yang ditempatkan dalam alam maut), akan dibangkitkan untuk dihukum selamanya ke dalam api neraka.

ltulah urusan kedatangan Tuan Yesus yang kedua kalinya kelak ke dunia, dimana la bersama dengan para malaikat akan turun dari sorga dengan misi yang berbeda dengan sebelumnya. Kalau dulu misinya untuk menyelamatkan umat manusia dengan kepastian, kelak misinya untuk menghakimi semua manusia, juga dengan kepastian: "... pada waktu penghulu malaikat berbunyi, maka Tuan (Yesus) sendiri akan turun dari Sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dulu bangkit; sesudah itu, kita yang. hidup, yang masih tinggal, akan diang-kat bersama-sama mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama Tuhan (masuk ke Rumah Bapa di Sorga) ..."

"Pada waktu Tuan Yesus dari dalam sorga menyatakan diriya bersama-sama dengan malaikat-malaikatNya, dalam kuasaNya, didalam api yang bernyala-nyala, dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Tuhan dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuan kita." (1 Tesalonika 4: 16-18; 2 Tesalonika 1:7-9).


Untuk menyelamatkan umatNya, mengapa Yesus perlu mati disalib?


Tanpa disadari, cara kita berpikir dan percaya akan Tuhan sering meleset. Logika dan fakta dunia bisa amat logis, namun bila itu dikenakan kepada Tuhan secara sempit, yakinlah Anda akan masuk dalam kesesatan. Lihatlah betapa banyak orang tidak percaya (lagi) kepada Tuhan dengan alasan-logis: "Masakan Tuhan membiarkan kesengsaraan dan penjahilan terus terjadi atas orang-orang yang percaya kepadaNya?" Atau kelogisan ala para Ahli Taurat yang menolak Tuan: "Bukankah Ia ini Yesus, anak Yusuf, yang ibu bapanya kita kenai? Bagaimana Ia dapat berkata: Aku ini ANAK Allah?" (Atau, "Bagaimana Allah bisa punya anak, sedangkan Dia tidak beristeri? "). Atau, "Bukankah Allah bisa langsung mengampuni saja; kenapa harus ditebus oleh Yesus yang justru tidak bersalah ?".

Bagaimana manusia bisa diselamatkan dari hukuman dosa? Tidak lain, tidak bukan adalah lewat pengampunan dan penghapusan dosa-dosanya oleh Tuhan sendiri! Namun pemahaman kita atas azas pengampunan cenderung keliru, seolah cukup melupakan saia dosanya. Untuk meluruskan kekeliruan ini, kini pikirkanlah ada seorang anak Anda yang berbuat-dosa terhadap Anda, misalnya ia mengamuk dan memecahkan TV-Anda. Andapun marah dan siap menghukum perbuatan dosanya yang telah merugikan Anda. Akhirnya sang anak menyesal dan minta pengampunan dari Anda, dan Anda rela untuk mengampuninya. Ketika Anda rela mengampuni-nya, itu tidak terbatas artinya kepada melupakan dosa anak Anda, tetapi sesungguhnya itu IDENTIK dengan Anda rela menyedot dan membayar harga kerugian yang tadinya Anda rasakan, yaitu kerugian moril maupun materiil atas kejadian pecahnya TV tersebut. Anda mengampuninya dengan jalan menebus harga tersebut! Jadi dalam setiap pengampunan dan penghapusan dosa, ada harga yang harus dibayar, yang menuntut suatu penebusan!

Yesus yang diutus  oleh  Tuhan yang Maha Kasih, yang selalu ingin dan siap mengampuni kesalahan (dosa) yang terbesar sekalipun! Namun jangan lupa bahwa la-pun MahaAdil yang selalu harus menghukum kesalahan terkecil sekalipun! Jadi disinilah terdapat "ketegangan" antara kedua sifat ilahi tersebut Kenapa? Karena ketika harus mengampuni karena kasih, la justru harus menghukum karena adilNya; dan ketika harus menghukum, la harus mengampuni karena kasih-Nya! Ketegangan ini tidak ada solusinya, kecuali dijembatani oleh suatu bentuk penebusan, yaitu berkorban membayar harga pengampunan.

[Analogi: Hakim yang adil, tetap harus mengenakan hukuman tilang kepada anaknya yang melanggar hukum lalu lintas. Betapapun kasihnya kepada sang anak, keadilan tetap aktif berlaku, dan sang anak tetap harus dihukum. Ini menimbulkan "ketegangan", yang hanya bisa diselesaikan sekaligus dengan Adil dan Kasih apabila sang Hakim yang adil itu siap membayar harga / uang tebusan tilang bagi anaknya, tanda kasihnya].


Sekarang, pertanyaan yang sesungguhnya: berapa besar harga pengampunan yang harus dibayar dalam Kasih Tuhan, demi penebusan dosa manusia?


Telah diterangkan didepan bahwa ''upah dosa adalah maut". Semua orang telah berdosa dan ter-vonis hukuman mati (istilahnya, manusia mati dalam dosa).
Maka harga pengampunan dosa adalah sebesar maut/ mati itu pula, yaitu kematian sebuah nyawa korban pengganti, sesuai dengan Hukum Taurat: "Nyawa ganti nyawa" (Keluaran 21:24). Disinilah Yesus bertindak sebagai Penebus, "korban pengganti kematian" seperti yang dikatakanNya sendiri dengan pelbagai cara, seperti: "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Anak Manusia (Yesus) datang untuk memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Yohanes 10:11, Markus 10:45).

Jelaslah bahwa Yesus yang Pengasih memang datang untuk "mati" bagi kita, menjadi "kurban" untuk penebusan "kematian" kita karena dosa. Kematian adalah kutukan, dan Yesus telah membayar dan menganti kutukan itu dengan jalan mati (terkutuk) di kayu salib untuk menebus dosa manusia.

Teologi agama-agama dunia yang tidak mengenal konsep penebusan (oleh korban pengganti), tidak berdaya menjelaskan bagaimana mungkin Allah itu Maha Kasih (yang akan mengampuni), padahal Ia juga Maha Adil dan Suci (yang harus menghukum). Bila pengampunan dosa dapat dilakukan tanpa hukum dengan mengabaikan "korban pengganti", pastilah pengampunan jenis ini tidak akan berdasarkan keadilan. Pengampunan ini akan berakhir buntu dengan kontradiksi pada kemahaadilan Tuhan yang aktif menuntut penghukuman atas dosa yang terkecil sekalipun! Pengampunan model begini pastilah keputusan yang sewenang-wenang. menghalalkan kolusi dosa yang seharusnya dihukum tetapi tidak dihukum. Tuhan yang Maha Benar tidak bisa menyebut "putih" atas sesuatu yang sebenarnya "hitam", karena Tuhan tidak bisa mengingkari diriNya. (2 Timotius 2: 13).

Banyak orang masih percaya bahwa dosanya akan terhapus oleh amal-pahalanya. Namun mereka lupa bahwa segunung amal-pahala dari seorang raja (pun!) tidak mungkin membebaskan dia dari satu dosa saja, katakanlah, mencuri atau memperkosa wanita!

Lalu bagaimana caranya Tuhan dapat membe-baskan dosa najis manusia tanpa melanggar kodrat-Nya yang Maha Adil? AWAS! Sorga bukannya tempat orang-orang yang berprestasi amal-pahala melebihi prestasi dosanya, melainkan tempat orang-orang yang tertebus dosanya oleh anugerah Tuhan semata!

Bila surga adalah hasil statistik dan timbangan diantara porsi amal-pahala melawan porsi dosa, maka tentu ada kelompok manusia dengan skala rimbangan 49%-50% porsi-dosa, melawan 50%51 % porsi-amal-pahala (atau kebalikannya), yang akan menempatkannya sebagai golongan yang "hampir-hampir tidak masuk sorga", atau "hampir-hampir tidak masuk neraka", atau golongan "hampir-hampir tidak masuk kesorga dan ke neraka!" (yaitu porsi 50 - 50) Bayangkan, betapa 3 posisi-kritis ini dapat menjadi tantangan dilematis yang absah menggugat kasih dan keadilan Allah!!

Walau demikian, masih banyak orang ngotot menafsirkan bahwa Allah dapat sesukanya mengampuni karena Ia adalah Pencipta Hukum. Jadi Dia berdaulat dan halal berdiri sepenubnya diatas melebihi Hukum, tidak ada yang bisa membatasiNya! SALAH BESAR! Alkitab menjelaskan bahwa Allah "dibatasi" oleh hakikat keberadaanNya sendiri, bukan oleh pihak dan kuasa luar manapun. Dia sepenuhnya dapat dipercaya dan konsisten dengan apa yang diucapkanNya. Dia selalu berkiprah dalam jalur/ batas ucapan dan hukumNya yang tidak berubah.

Dia tidak berdiri diatas (melebihi) Hukum. Melainkan DiriNya adalah HukumNya, dan HukumNya adalah diriNya.


Allah tidak bisa mengampuni begitu saja tanpa membayar harga pengampunan dosa. Dan karena semua orang telah berdosa dan MATI (mati rohani, tervonis mati), maka tidak ada satu "manusia-mati" ini yang dapat membayar harga maut tersebut. Itu sebabnya Yesus Kristus yang adalah Putra kesayangan YHWH, Ia harus turun kebumi, menjadi manusia (manusia yang tidak mati rohani, karena Ia tidak berdosa) agar Ia bisa mati dalam tubuh manusia (sebab Malaikat tidak bisa mati dalam RohNya), demi menebus harga pengampunan itu, dan sekaligus menyelamatkan umat yang percaya kepadaNya!

KematianNya disalib sekaligus membuktikan diriNya sebagai Allah yang Maha Kasih. Sebab walau semua agama mengklaim Tuhannya berkata: "Akulah Allah yang Mahakasih dan Penyayang", namun tidak satupun Tuhan itu yang memperagakan bagaimana caranya Ia telah maha-mengasihi dan menyayangi mahlukNya. Bukti kasih, apalagi Maha Kasih, bukanlah dengan menunjukkan diriNya telah memberi embun, hujan, udara, dan matahari. Sebab semua sarana-sarana kehidupan tersebut bukanlah ujud Maha-kasih, melainkan lebih merupakan ujud tanggung jawab SETIAP TUHAN manapun yang harus mendukung kelangsungan kehidupan (survival) bagi mahluk yang memang diciptakanNya sendiri! Bukti Maha Kasih hanya satu, yaitu berkorban sebesar-besar korban bagi yang dikasihiNya. Dan Allah manakah yang telah berkorban bagi umatNya, selain Tuan Yesus Kristus yang mengorbankan nyawanya diatas kayu salib? Tidak ada!


Hiburan sejati bagi yang meninggal & yang ditinggalkan


"Menyadari bahwa hidup manusia hanya satu kali, apa yang akan Anda lakukan andaikata Anda diberitahu oleh dokter Anda bahwa umur Anda hanya bertahan hingga besok hari? Apakah Anda akan pesta-pora sehari, makan minum sepuasnya? Atau "cuci gudang" harta Anda untuk dibagibagi kepada parafakir miskin? Atau memanggil keluarga besar untuk diberikan pesan-pesan terakhir? Atau ... ?"

Sering kita mendengar orang bertanya, "Dimanakah Sorga? Dimanakah neraka? Dan bagaimana kita bisa masuk kedalamnya?" Ya, mau tak mau, orang jadi was-was dan gelisah. Kebanyakan orang hanya dengar-dengar sepintas lintas saja tentang alam akhirat. Mereka tidak tahu apa-apa tentang alam akhirat tersebut. "Peta jalan ke Sorga" yang sedang mereka cari-cari, berakhir dengan kesimpulan naif bahwa untuk mendapatkan keselamatan-kekal, orang harus "menabung dan men-transfer harta sebanyak-banyaknya ke sorga", alias harus selalu berbuat amal pahala kepada sesama manusia. Namun, seperti yang telah kita terangkan diatas, segunung perbuatan baik tidak menghapus sebuah dosapun! Masuk ke sorga keselamatan kekal) sungguh tidak ada urusanriya dengan pahala manusia (yang memang tidak berpahala apapun untuk Tuhan, karena semuanya itu toh berasal dari Tuhan!), tetapi berurusan dengan apakah dosanya sudah diampuni atau tidak?

Itu sebabnya tidak ada seorang Guru, Nabi atau manusia manapun yang berani memberikan jaminan masuk sorga karena mereka tidak berwenang dan tak tahu-menahu tentang pengampunan dosa, walau tahu menahu tentang amal-pahala. Maka pada saat-saat ujung kematian dari seseorang, kita sering melihat wajahnya yang amat tegang, kacau dan menakutkan. Dia tabu bahwa ia akan segera pergi dari dunia ini. Tetapi dia sungguh tidak yakin ia akan dibawa pergi kemana sesudahnya, ke alam barzakh (alam gaib) apa dan mana.

Beruntunglah kita sekarang yang telah mempunyai seorang Juru-Syafaat, yang berwenang dan tahu persis segala masalah dunia-akhirat, pengampunan dosa, dan keselamatan-kekal bagi manusia. Dia-Iah YESUS, yang menganjurkan kita untuk tidak usah gelisah mencari-cari "peta jalan ke Sorga" (dalam arti usaha menemukan, bukan menyambutnya).

Sebab Ia sendiri adalah JALAN itu: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun datang kepada Bapa (sorgawi), kalau tidak melalui Aku." (Yohanes 14:6).


Jadi bila Anda mencari-cari Allah (yang tidak terjangkau itu) dengan kekuatan Anda sendiri, tanpa melalui Juru Syafaat ini, Anda akan menemukan "tuhan-tuhanan" diujung pencaharian dan bukan Bapa sorgawi. Dalam Alkitab atau Injil, orang yang bel urn rnengenal Tuhan itu disebut sebagai "orang-orang yang hilang". Orang yang hilang tidak pemah bisa rnenernukan, kecuali diternukan; tidak bisa benar-benar rnencari, kecuali dicari!! Dan untuk itulah maka Tuan kita Yesus Kristus harus turun kedunia menjelrna menjadi manusia (agar terjangkau oleh dunia), demi untuk rnencari Anda dan saya yang hilang, agar diselarnatkan: "Sebab Anak Manusia (Yesus) datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang" (Lukas 19:10).

Apa yang perlu kita perbuat adalah membuka hati kita untuk Yesus, bukan mencari-cari dalarn kebutaan diri dan kegelapan lingkungan. Berkali-kali Yesus berkata dengan lurus kepada calon pengikut rnaupun pengikutNya, untuk datang menemukan dirinya yang sudah tersedia secara langsung; "IKUTLAH AKU ... ". Ia tidak sekalipun berkata, "Ikutlah AgamaKu." Yesus ingin memanggil orang yang untuk beriman kepada pribadiNya, membuka hati dan be-relasi langsung dengan dirinya (dan bukan pengamalan agama) yang merupakan sumber dan pusat penyelamatan.

Upacara-upacara dan ibadat agamawi sekalipun baik, narnun itu bukan sumbernya keselamatan! jikalau dengan usaha apapun, atas amal- raksasa manapun, kita tidak pernah mampu menyelamatkan diri dari kesusahan, kesakitan dan kematian badani, maka dengan amal-usaha apakah kita dapat menyelamatkan diri kita dari kematian Kekal, alias rnasuk neraka?

Keselamatan kekal adalah pemberian (anugerah), bukan hasil usaha kita. Ia adalah hasil pembenaran (dalam penebusan Tuhan), bukan hasil kebenaran manusia, "sebab diantara yang hidup tidak seorangpun yang benar dihadapan Allah" (Mazmur 143:2).

Kita sungguh tidak dapat "membeli" keselamatan dengan seperangkat amal-ibadah. Namun amal-perbuatan terbaik kita lakukan justru sebagai :"ungkapan terima kasih kita kepada Tuan Yesus yang telah berkorban demi menebus dosa dosa kita.

Yesus bahkan menawarkan hak istimewa bagi kita pengikutnya untuk menjadi Warga Negara Sorga! Ia berjanji untuk menyiapkan Rumah Baru disorga kepada umatnya secara berkepastian:

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Tuhan, percayalah juga kepadaKu. Di rumah BapaKu banyak tempat tinggal ... Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempatKu, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada." (Yohanes 14:1-3).


Jadi, didalam Yesus, walaupun ada kesedihan manusiawi ketika seseorang yang kita kasihi itu meninggalkan kita, namun jaminanNya sungguh memberikan kelegaan yang tiada taranya. Sebab kini kita tahu bahwa kekasih kita tidak bergentayangan rohnya, terkatung-katung entah kemana, melainkan disambut oleh para malaikat dan menetap bersama Yesus di tempat yang Maha mulia ...


Alkitab berkata: "Percayalah Kepada Tuan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu". karena kewargaan kita adalah di dalam Sorga". (Kisah Rasul 16:31; Filipi 3:20).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar